Selasa, 06 Agustus 2013

Sir Alex Ferguson

Hari ini tanggal 8 Mei 2013, Sir Alex Ferguson mengumumkan keputusannya untuk pensiun sebagai manajer sekaligus pelatih Manchester United (MU). Karena itu, kali ini penulis ingin membahas sedikit profil dari Sir Alex Ferguson yang diambil dari beberapa sumber.

Sir Alexander Chapman "Alex" Ferguson CBE (lahir di Govan, Glasgow, 31 Desember 1941; umur 71 tahun) adalah seorang pelatih dan mantan pemain sepak bola berkebangsaan Skotlandia, yang saat ini sedang menangani Manchester United F.C., di mana dia telah bertugas lebih dari 1000 pertandingan. Dianggap sebagai salah satu pelatih terbaik dalam permainan, dia telah memenangkan lebih banyak trofi daripada pelatih manapun sepanjang sejarah sepak bola Inggris. Dia telah menangani Manchester United sejak tanggal 6 November 1986 sampai sekarang, menggantikan Ron Atkinson. Di Manchester United, Sir Alex menjadi pelatih tersukses dalam sejarah sepak bola Inggris, dengan memimpin tim memenangkan 10 gelar juara liga. Pada 1999, dia menjadi pelatih pertama yang membawa tim Inggris meraih treble dari Liga Utama, Piala FA and Liga Champions UEFA. Juga menjadi satu-satunya pelatih yang memenangkan Piala FA sebanyak 5 kali, Fergie juga menjadi satu-satunya pelatih yang berhasil memenangkan gelar Liga Inggris sebanyak 3 kali berturut-turut bersama tim yang sama (1998-1999, 1999-2000 and 2000-2001). Pada 2008, dia bergabung bersama Brian Clough (Nottingham Forest) dan Bob Paisley (Liverpool) sebagai pelatih Britania yang pernah memenangkan kejuaraan Eropa sebanyak lebih dari satu kali.

Karier sepak bola Ferguson dimulai ketika ia bergabung dengan klub amatir Queens Park pada umur 16 tahun. Berposisi sebagai penyerang ia mencetak 20 gol pada musim debutnya dan pindah pada musim berikutnya ke klub amatir St. Johnstone. Di klub barunya, Ferguson mengejutkan publik dengan mencetak hattrick melawan klub idolanya Glasgow Rangers. Performanya membuat ia dikontrak profesional oleh Dunfermline. Pada musim pertamanya Ferguson berhasil mencapai final Piala Skotlandia melawan Glasgow Celtic akan tetapi kalah 3-2. Ferguson sendiri tidak tampil dalam final karena penampilan buruknya ketika melawan St. Jonstone pada pertandingan sebelumnya. Musim keduanya bersama Dunfermline, ia berhasil keluar sebagai pencetak gol terbanyak Liga Skotlandia bersama Joe McBride dengan 31 gol. Prestasi ini akhirnya mengantarkan Ferguson ke klub impiannya sejak kecil, Glasgow Rangers. Masa-masa di Rangers ternyata tidak menyenangkan Ferguson. Ia sering dicadangkan dan berlatih dengan tim junior. Hal ini membuat Fergie tidak betah dan hanya bertahan 2 musim bersama Rangers. Ia kemudian ditawari pindah oleh klub Inggris, Nottingham Forest. Akan tetapi istrinya, Cathie tidak menyetujui kepindahan mereka ke Inggris. Ia lalu memilih untuk pindah ke klub Falkirk. Ferguson dipromosikan sebagai pelatih merangkap pemain. Namun tak lama kemudian jabatannya digantikan oleh John Prentice. Ferguson kemudian memilih untuk pindah ke Ayr United dimana ia bermain disana sampai pensiun sebagai pemain pada 1974. Sebagai pemain Ferguson telah mencetak total 170 gol dalam 317 pertandingan.

Pada bulan Juni tahun 1974, sesaat setelah ia pensiun sebagai pemain, Ferguson ditunjuk sebagai manajer paruh waktu unutk East Stirlingshire pada usia 32 tahun. Kariernya di East Stirlingshire hanya bertahan sebentar karena pada bulan Oktober 1974 ia menerima pinangan St. Mirren untuk menjadi manajer.

Kariernya di St. Mirren berlangsung gemilang, selama 4 musim menangani klub tersebut (1974-1978). Ferguson mengangkat klub kecil yang tadinya hanya ditonton oleh 1000 orang dalam pertandingan kandanganya itu menjadi juara Liga Skotlandia pada musim 1977 dengan permainan menyerangnya. Selain itu ia berjasa dalam menemukan bakat-bakat muda dalam diri Billy Stark, Tony Fitzpatrick, Bobby Reid dan Peter Weir. Kesuksesan Ferguson dalam mengangkat St. Mirren ternyata berujung pada pemecatan pada tahun 1978 karena konflik internal antara Ferguson sendiri dengan staffnya. Presiden klub St. Mirren, Willie Todd bahkan mengatakan bahwa Ferguson "tidak mempunyai kemampuan manajerial yang baik". Dengan demikian St. Mirren adalah klub satu-satunya yang pernah memecat Ferguson sepanjang karier manajerialnya.

Setelah berhenti menjadi pelatih St. Mirren, Ferguson menjadi manajer Aberdeen menggantikan Billy McNeil yang pindah ke Glasgow Celtic, ia diharapkan untuk mengembalikan masa kejayaan Aberdeen yang menjuarai Liga Skotlandia terakhir kali pada 1955. Namun karena usia Ferguson yang terbilang cukup muda (36 tahun) tetap saja ia kesulitan meraih respek dari para pemain yang beberapa diantaranya lebih tua dari manajer mereka sendiri. Pada musim debutnya, Aberdeen meraih peringkat ke 4 walaupun tidak pernah kalah sebelum Desember 1978. Ferguson juga membawa Aberdeen ke semifinal Piala Skotlandia dan Piala Liga Skotlandia. Pada musim berikutnya Aberdeen kembali kalah dalam final ajang Piala Liga Skotlandia oleh Dundee United setelah pertandingan replay. Ferguson menyalahkan dirinya sendiri yang seharusnya mengubah taktik dan komposisi pemain dalam pertandingan replay tersebut. Setelah pertandingan final itu, performa Aberdeen mengalami peningkatan sampai mereka menjadi juara Liga Skotlandia pada akhir musim 1979/80. Hal ini membuat Ferguson mendapatkan kepercayaan dan respek dari para pemain dan direktur klub. Ia tetap menjadi manajer yang penuh disiplin sehingga pemain-pemainnya menjulukinya "Furious Fergie" atau "Fergie yang Galak". Ia bahkan pernah mendenda salah satu pemainnya, John Hewitt karena mendahuluinya ketika mengendarai mobil di jalan. Ia juga pernah menendang sebuah teko teh kepada para pemainnya saat mereka tampil buruk dalam babak pertama. Ferguson juga menuduh pers mengutamakan 2 klub saja (Rangers dan Celtic) dalam pemberitaannya. Aberdeen terus meraih sukses dalam musim-musim berikutnya. Diantaranya meraih Piala Skotlandia pada musim 1981/82. Trofi ini mengantarkan Aberdeen unutk berpartisipasi lagi dalam ajang Eropa, kali ini di ajang Piala Winners. Performa Fergie bersama Aberdeen mendapat sorotan media setelah mereka secara mengejutkan menyingkirkan Bayern München setelah klub itu mengalahkan Tottenham Hotspur 4-1 dalam ronde sebelumnya. Kesuksesan ini mendatangkan kepercayaan diri pada skuab Aberdeen yang percaya mereka dapat meraih sukses dalam ajang Piala Winners. Hal yang menjadi kenyataan ketika pada 11 Mei 1983 mereka sukses mengalahkan raksasa Spanyol, Real Madrid 2-1 dalam final. Aberdeen menjadi klub ketiga Skotlandia yang meraih sukses Eropa setelah Rangers dan Celtic. Dalam kompetisi domestik Aberdeen berhasil mempertahankan mahkota juara Piala Skotlandia dengan kemenangan 1–0 atas Rangers di final. musim berikutnya Aberdeen kembali meraih gelar juara Piala Skotlandia untuk ke tiga kalinya secara berturut-turut, dan meraih gelar juara Liga Skotlandia. Hal ini membuat Ferguson dianugerahi gelar OBE pada 1984. Fergie kembali membawa Aberdeen mempertahankan gelar juara Liga Skotlandia pada musim 1984-85. Musim berikutnya (1985/86) mereka gagal dalam ajang Liga, posisi 4 dalam klasemen, walaupun mereka meraih juara Piala Liga dan Piala Skotlandia pada tahun yang sama. Pada musim yang sama, Ferguson adalah salah satu staf pelatih dalam tim nasional Skotlandia ketika menghadapi ajang Piala Dunia 1986. Namun meninggalnya pelatih utama mereka, Jock Stein, membuat Ferguson ditunjuk menjadi pelatih utama Skotlandia pada Piala Dunia 1986. Ia kemudian menunjuk Archie Knox menjadi asisten manajer yang mana adalah juga asistennya di Aberdeen. Karena jasa-jasanya di Aberdeen, Ferguson kemudian diusulkan untuk menjadi salah satu direktur di klub tersebut, namun Fergie menolaknya dan mengatakan bahwa ia berniat untuk pindah dari Aberdeen pada akhir musim 1985/86. Walaupun ia tetap berada bersama Aberdeen pada awal musim 1986/87, namun pada November 1986, Ferguson akhirnya menerima pinangan Manchester United untuk menjadi manajer mereka menggantikan jabatan yang dipegang Ron Atkinson.

Awal kariernya di Old Trafford tidaklah semulus yang ia kira. Saat itu MU terbelit dalam masalah alkohol yang kritis. Beberapa pemain andalan mereka (Norman Whiteside, Paul McGrath dan Bryan Robson), mempunyai hobi menenggak minuman keras dan mempunyai level kebugaran yang "menyedihkan". Ferguson, bersama-sama dengan Archie Knox yang diangkat menjadi asisten manajer saat itu, secara perlahan-lahan mengubah kebiasaan buruk itu dan menanamkan disiplin ketat bagi para pemain, hal yang masih berlaku sampai saat ini di MU. Pertandingan debutnya berakhir dengan kekalahan 2-0 atas klub underdog, Oxford United. Diikuti oleh hasil imbang 0-0 7 hari berikutnya melawan Norwich City. Kemenangan pertama United dibawah asuhan Fergie hadir pada 22 November 1986 ketika Red Devils mengalahkan Queens Park Rangers 1–0 di Old Trafford. Selain itu Fergie juga berhasil memenangkan pertandingan tandang satu-satunya yang mereka raih musim itu. Yang istimewa, lawan mereka adalah rival abadi United, Liverpool pada Boxing Day, hal yang mana telah dijanjikan oleh Fergie ketika konferensi pers pertamanya sebagai manajer United yaitu "akan menggantikan Liverpool sebagai klub Inggris paling dominan mulai saat ini". Dalam musim perdananya di United, Fergie membawa MU duduk di peringkat 11, setelah sebelumnya mereka sempat terdampar di peringkat 21. Musim berikutnya Ferguson mendatangkan beberapa pemain baru untuk membela United. Mereka adalah Steve Bruce, Viv Anderson, Brian McClair dan kiper Jim Leighton. Dengan tambahan pemain-pemain baru ia meraih posisi 2 dibelakang Liverpool yang menjadi juara Liga Inggris. Musim 1988/89 Ferguson kembali mendatangkan pemain baru, kali ini Mark Hughes yang kembali bergabung dengan United setelah penampilan mengecewakan selama 2 tahun di FC Barcelona. United diunggulkan untuk menjadi juara pada musim itu namun penampilan mereka mengecewakan dan akhirnya kembali terdampar di posisi 11 pada klasemen akhir. Pada awal musim, United tampil dalam partai persahabatan melawan tim nasional Bermuda dan Somerset County dimana Fergie turun sebagai salah satu pemain saat laga melawan Somerset. Ini merupakan satu-satunya penampilan Fergie berseragam Setan Merah dalam pertandingan.


Senin, 29 April 2013

Sinopsis Novel "Sillverfin"

Ini adalah tugas sekolah penulis untuk pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel. Novel yang dianalisis adalah sebuah novel terjemahan berjudul "Kisah Petualangan James Bond: Silverfin" karangan Charlie Higson.

Sinopsis

            James Bond memulai petualangan hebatnya di Eton, sebuah sekolah tua di dekat sungai Thames, London. Di Eton, James bertemu dengan George Hellebore dan ayahnya Lord Randolph Hellebore. Lord Hellebore disegani oleh hampir semua orang di Eton karena dia aktif membangun sekolah itu dengan uang dan segala materi yang dia miliki.
            Berawal dari Piala Hellebore, James mulai menyadari akan sifat sebenarnya dari Lord Hellebore. Dia juga menyadari bahwa George Hellebore akan menggunakan cara apapun agar bisa memenangi Piala Hellebore. Tetapi George melakukannya karena dia mendapat tekanan dan ancaman dari ayahnya, sampai-sampai Lord Hellebore tega memaksa George untuk meminum obat ciptaannya yang dapat membuat George menjadi lebih tangguh dari sebelumnya.
            Petualangan James berlanjut ketika James berkunjung ke pondok milik paman dan bibinya, Max Bond dan Charmian Bond. Pondok itu terletak di sebuah desa di Highland Barat, Keithly. Dari pamannya lah, James mengetahui tentang keberadaan sebuah kastil yang terletak terlalu jauh dari pondok pamannya. Kastil itu ternyata milik Lord Hellebore. Karena penasaran, James pun memutuskan untuk menyelidiki kastil itu bersama seorang anak laki-laki yang ditemuinya di kereta saat perjalanan menuju Skotlandia. Anak itu bernama Red Kelly. Bersama-sama mereka pergi ke kastil Hellebore. Ketika mereka sudah dekat dengan kastil tersebut, James dan Red bertemu dengan seorang detektif dari Agensi Detektif Pinkerton di Amerika. Detektif itu bernama Mike Moran atau Mike Si Penjagal. Menurut info dari Si Penjagal, Lord Hellebore membuat sebuah eksperimen tersembunyi di dalam kastil tersebut. Karena waktu itu sudah sore, Si Penjagal menyuruh James dan Red untuk kembali ke Keithly sambil mencari informasi. Sementara Si Penjagal akan terus memantau dan menyelidiki kastil itu dari dekat.
            Waktu pun berjalan, James merasa dia dan Red harus kembali ke kastil karena Si Penjagal tak kunjung memberi kabar kepada mereka. James dan Red pun pergi lagi ke kastil Hellebore. Ternyata, Si Penjagal telah tewas karena tercebur ke sebuah kolam di dekat kastil. James dan Red pun memutuskan untuk menyelinap ke dalam kastil. Namun Red terjatuh dari pohon hingga kakinya patah. James pun menyelinap sendirian. Akan tetapi, dia tertangkap oleh Lord Hellebore dan dikurung di dalam kastil. Dalam keputus asaan, dia teringat dengan kata-kata pamannya “Tak seorang pun bisa mengekang seorang Bond selamanya”. Kata-kata itu memberikan semangat baru pada James. Akhirnya James berhasil keluar dari kastil dan bertemu kembali dengan Red.
            James dan Red lalu berencana pulang ke Keithly. Akan tetapi, Lord Hellebore mengetahui bahwa James telah melarikan diri dan Hellebore pun mengejar James. James memutuskan untuk kembali ke kastil dan mengakhiri semua ini, mengakhiri semua rencana jahat Hellebore. Dibantu oleh Wilder dan kudanya, Martini, dia kembali ke kastil. James bertemu dengan George dan ternyata George telah berada di pihak James. Singkat cerita, mereka berhasil menhancurkan semua eksperimen Lord Hellebore, bahkan Lord Hellebore pun tewas. James kembali bersekolah di Eton, sementara George pergi ke Amerika untuk tinggal bersama ibunya. 



 Analisis Terhadap Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Silverfin

1. Unsur Intrinsik
Novel “Silverfin” karangan Charlie Higson mengangkat tema kehidupan James Bond muda yang berjuang menghadapi seorang penjahat. Hal yang paling mendasari tema tersebut adalah bagaimana kehidupan James Bond yang harus menghadapi dan menghentikan eksperimen biologi Lord Hellebore.
Tema terdiri dari dua macam, yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah tema yang dominan dalam cerita, sedangkan tema minor adalah tema tambahan untuk melukiskan tema mayor. Dalam novel “Silverfin”, yang merupakan tema mayor adalah tentang kehidupan James Bond muda yang berjuang menghadapi seorang penjahat. Sementara yang merupakan tema minor adalah petualangan menjadi mata-mata.
Secara umum, alur dalam novel “Silverfin” adalah alur maju. Ini sangat jelas sekali, karena ceritanya dimulai dengan paparan bagaimana kehidupan James Bond di Eton (bagian 1 di halaman 1), kemudian berlanjut menjadi klimaks ketika sampai masa liburan dimana James tinggal di pondok milik pamannya sambil menyelidiki kejahatan Lord Hellebore (bagian 2 di halaman 113), hingga pada bagian akhir adalah penyelesaian ketika James Bond dan teman-teman berhasil mengalahkan Lord Hellebore beserta anak buahnya (bagian 3 di halaman 255).
Berlanjut keunsur tokoh, tokoh-tokoh dalam karya fiksi merupakan tokoh-tokoh rekaan.Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif atau tema. Semakin berkembangnya ilmu jiwa, terutama psiko-analisa merupakan satu alasan penting peranan tokoh cerita sebagai bagian yang ditonjolkan oleh pengarang. Pada dasarnya tokoh dalam sebuah cerita dibagi menjadi dua jenis, yakni tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama senantiasa berhubungan dalam setiap peristiwa dalam cerita, sementara tokoh bawahan merupakan tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang tokoh utama.
Dalam novel “Silverfin”, yang menjadi tokoh utama adalah James Bond, Lord Randolph Hellebore, dan George Hellebore. Sedangkan yang menjadi tokoh bawahan adalah Mr. Codrose, Pritpal Nandra, Tommy Chong, Mr. Merriot, Croaker, Leo Butcher, Red Kelly, Bibi Charmian, Paman Max, Wilder Lawless, Mike Moran (Si Penjagal), dan Algar.
Berikut ini adalah penokohan dalam novel “Silverfin”:
1.        James Bond, seorang anak yatim piatu yang mempunyai sifat tak mudah menyerah, berani mengambil resiko, dan hebat dalam berlari. Dia bersekolah di Eton.
2.        Lord Randolph Hellebore, seorang yang kaya dan berpengaruh di Eton. Dia adalah seorang ambisius dan serakah yang ingin menciptakan senjata biologis berupa prajurit manusia yang tangguh.
3.        George Hellebore, putra dari Lord Hellebore. Sejak kecil, dia sudah dipisahkan dengan ibunya. Awalnya dia adalah musuh besar James Bond, namun pada akhirnya George ikut membantu James mengalahkan Lord Hellebore.
4.        Mr. Codrose, pengawas asrama tempat James Bond menginap selama bersekolah di Eton. Dia memiliki perawaka kecil, berkulit pucat, matanya biru tajam, rambut kasar berwarna kelabu,dan janggut pendek dan hitam yang menutupi hampir separuh wajahnya. Dia mempunyai sifat yang ramah dan tegas.
5.        Pritpal Nandra, seorang anak yang juga belajar di Eton sama seperti James. Nandra tinggal satu asrama dengan James. Nandra cukup ramah pada James, dia mengajarkan semua yang dia tahu tentang Eton pada James, mulai dari istilah-istilah aneh hingga tradisi-tradisi yang tak pernah hilang.
6.        Tommy Chong, dia juga tinggal di asrama yang sama dengan James. Tommy memiliki perawakan kecil, namun berotot, berasal dari Hong Kong. Dia suka berdebat, main kartu, dan punya perbendaharaan kata umpatan paling banyak yang pernah didengar James. Dia cukup ramah pada James. Dia juga mengajarkan pada James istilah-istilah aneh yang digunakan di Eton.
7.        Mr. Merriot, guru kelas James. Dia bertugas mengawasi pendidikan James selama di Eton, dan dia juga menangani klub atletik. Perawakannya jangkung dan kurus dengan mata kelabu, rambut berantakan, dan hidung bengkok besar yang mencuat di wajahnya seperti sirip ikan. Dia jarang terlihat tanpa cangklong di mulutnya, dan biasanya tidak dinyalakan. Dia sangat ramah, baik, dan sering mengatakan jika dia berada di sana demi anak-anak dan bukan sebaliknya seperti yang biasa dipikirkan sebagian Paruh di sekolah.
8.        Croaker, lelaki paling tua dan paling terkenal yang merawat perahu-perahu sekolah. Croaker sudah tua sekali, dan selalu tua. Tubuhnya pendek gemuk, dengan kumis tebal, mata merah kecil, hidung gemuk seperti bola lampu, dan topi flat yang selalu menutupi kepalanya yang botak. Dia orang yang ramah, dia pernah ingin membagi belut hasil tangkapannya pada James, tetapi James menolaknya karena James tidak begitu suka makan belut.
9.        Leo Butcher, anak yang tegap, periang dan sedikit gemuk, anggota band sekolah. Dia anak yang ramah. Dia pernah mengajarkan pada James bagaimana cara menahan nafas dalam waktu yang relatif lama. Ilmu itu dia dapatkan karena dia adalah seorang pemain terompet dan tuba.
10.    Red Kelly, dia adalah anak yang ditemui James secara tidak sengaja di kereta sewaktu James pergi ke Skotlandia. Red cukup ramah pada James, dia juga jago berkelahi dan membela James. Red juga berperan besar dalam membantu James mengalahkan Lord Hellebore.
11.    Bibi Charmian, dia tidak suka pada teh, apalagi meminumnya. Dia sangat baik pada James. Setelah kedua orang tua James meninggal, Bibi Charmian yang merawat James.
12.    Paman Max, dia sangat ramah. Paman Max mengajarkan pada James bagaimana cara memancing, dan seluk-beluk tentang mobil, mulai dari bagian mesin hingga cara mengemudi yang baik. Pada masa mudanya Paman Max adalah seorang mata-mata.
13.    Wilder Lawless, seorang gadis yang ditemui James sewaktu pergi ke kastil Hellebore. Dia  mempunyai rambut pirang panjang dan bermata hijau. Dia juga sering menaiki kudanya yang bernama Martini. Wilder adalah gadis yang manis dan ramah. Meskipun begitu, dia cukup pandai dalam hal bela diri.
14.    Mike Moran, itulah namanya. Tetapi dia lebih sering dipanggil “Si Penjagal”. Dia adalah seorang detektif yang sedang menyelidiki Lord Hellebore. Mike adalah orang yang berani mengambil setiap resiko, hal inilah yang membuatnya menemui ajalnya.
15.    Algar, saudara laki-laki Lord Hellebore. Pada masa mudanya dia adalah seorang pemuda yang memiliki tubuh yang sempurna. Tetapi, akibat percobaan yang dia lakukan pada tubuhnya, tubuhnya jadi terlihat mengerikan. Tubuhnya menjadi lebih tinggi daripada Randolph, walaupun bungkuk. Tangannya sangat besar, dan otot-ototnya membengkak. Kulitnya sangat halus dan berkilau kelabu. Wajahnya hancur. Meskipun tubuhnya begitu mengerikan, tetapi sifat dan jiwa Algar jauh lebih baik daripada Randolph.
Latar bisa digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu latar tempat di luar rumah dan latar tempat di dalam rumah. Latar tempat di luar rumah yang terdapat pada novel “Silverfin” yaitu:
1.      Inggris, tempat dimana James bersekolah.
2.      Skotlandia, tempat dimana James menyelidiki dan mengalahkan Lord Hellebore.
Latar di dalam rumah bisa diamati melalui percakapan dalam novel. Berikut ini beberapa kutipan yang menjelaskan latar tempat-tempat:
1.      “Kamarku di sebelah kamarmu,” kata Pritpal (halaman 5).
2.      “Itu Burning Bush,” kata Pritpal, “penanda jalan yang terkenal di Eton, biasanya dipakai untuk titik pertemuan. Mengerti, teman?” (halaman 8).
3.      “Tidak apa-apa,” katanya. “Cepatlah masuk ke dalam kereta itu, atau kita akan disini semalaman.” (halaman 90).
4.      “Eh?” katanya. “Mengapa kalian mengendap-endap di semak-semak ini?” (halaman 175).
5.      “Lihat parit itu?” katanya. “Parit itu ada di sepanjang jalan menuju gerbang, lalu mengalir ke bawah tanah lewat pipa. Tidak akan ada yang melihat kalau kita merangkak di dalamnya. Kau bisa langsung menaiki lori.” (halaman 243).
Latar waktu selalu berkaitan dengan saat berlangsung suatu cerita. Oleh karena itu, waktu sangat penting dalam suatu cerita karena tidak mungkin ada rentetan peristiwa tanpa hadirnya sang waktu. Dalam novel ini ditampilkan latar waktu bagian hari yang berupa:
            - kemarin sore (halaman 4),
            - tujuh lewat sepuluh (halaman 10),
            - hari ini (halaman 31),
            - keesokan harinya (halaman 34),
            - pukul 7.39 (halaman 88),
            - pukul 09.30 (halaman 115).
            Sudut pandang yang digunakan dalam novel “Silverfin” adalah orang ketiga pelaku utama. Hal ini bisa dilihat dari cara penulisan novel tersebut, contohnya pada kutipan berikut:
            “Dia sempat menanyakan arah dan mendapati dirinya tersesat di sebuah gang bernama Gang Judy, sambil memandang putus asa pada gedung-gedung tinggi tanpa nama yang berada di kedua sisinya” (halaman 5).
                        Pada kutipan tersebut terdapat penggunaan kata “dia” untuk menggambarkan subjek, bukan “aku”.
                        Gaya bahasa yang terdapat pada novel “Silverfin” adalah hiperbola. Contohnya pada  dua kutipan berikut:
     “Lord Hellebore tertawa di depan wajah James, dan napasnya yang panas, berbau asam bercampur belerang, meniup wajahnya, nyaris membuatnya tersedak” (halaman 26).
     “James menggigil. Tubuhnya terasa perih, seolah telah dikuliti, seperti belut Croaker” (halaman 39).
Karena novel ini adalah novel yang berisi kisah petualangan dan misteri, maka memang selayaknya gaya bahasa yang digunakan adalah hiperbola agar cerita menjadi lebih hidup.
2. Unsur Ekstrinsik
                    Amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang novel “Silverfin” adalah agar seseorang tidak menyerah dahulu meskipun halangan dan rintangan yang menghalangi datang silih berganti. Selain itu juga hendaknya kita dapat berinteraksi secara luas agar kita mendapat banyak kawan. Hal ini dicontohkan oleh James. Di Eton, dia bertemu dengan Pritpal dan Tommy. Di Kereta, dia bertemu dengan Red. Di jalan menuju kastil, dia bertemu Wilder. Semua orang itu bisa dia jadikan sebagai teman. Bahkan seorang George Hellebore yang awalnya adalah musuh besar James akhirnya menjadi partner James dalam usaha menghancurkan rencana Lord Hellebore.
                        Selain amanat, terdapat beberapa nilai-nilai pada novel ini, yaitu:
1.      Nilai sosial, nilai ini akan membuat orang lebih tahu dan memahami kehidupan manusia lain. Di dalam novel ini diceritakan kehidupan seorang mata-mata. Maka dengan membaca novel ini pembaca akan lebih memahami bagaimana kehidupan seorang mata-mata.
2.      Nilai hedorik, nilai ini yang bisa memberikan kesenangan kepada pembacanya sehingga pembaca ikut terbawa ke dalam cerita novel yang diberikan.
3.      Nilai koleksi, maksudnya adalah novel yang bisa dibaca berkali-kali yang berakibat bahwa orang harus membelinya sendiri, menyimpan dan diabadikan. Novel “Silverfin” memiliki cerita yang sangat menarik, sehingga tidak akan bosan jika dibaca berkali-kali.

 Penutup
                        Tema yang diangkat pada novel “Silverfin” ini adalah tentang kehidupan James Bond muda yang berjuang menghadapi seorang penjahat. Secara umum, alur dalam novel “Silverfin” adalah alur maju. Ini sangat jelas sekali, karena ceritanya dimulai dengan paparan bagaimana kehidupan James Bond di Eton, kemudian berlanjut menjadi klimaks ketika sampai masa liburan dimana James tinggal di pondok milik pamannya sambil menyelidiki kejahatan Lord Hellebore, hingga pada bagian akhir adalah penyelesaian ketika James Bond dan teman-teman berhasil mengalahkan Lord Hellebore beserta anak buahnya. Tokoh utamanya adalah James Bond, seorang anak yatim piatu yang mempunyai sifat tak mudah menyerah, berani mengambil resiko, dan hebat dalam berlari. Gaya bahasa yang paling menonjol pada novel “Silverfin” adalah hiperbola. Sudut pandang yang digunakan dalam novel “Silverfin” adalah orang ketiga pelaku utama.
                        Keunggulan pada novel “Silverfin” adalah tokoh utamanya adalah sosok yang sudah sangat dikenal oleh banyak pecinta cerita fiksi karangan Ian Fleming. Selain itu, jalan ceritanya tidak mudah untuk ditebak begitu saja. Tampilan covernya juga sangat menarik karena terdapat gambar belut yang menjadi ide cerita. Kelemahan pada novel “Silverfin” adalah karena ini adalah novel terjemahan, maka ada beberapa kata atau isitilah yang tidak pernah dijumpai di Indonesia, misalnya seperti semak Gorse.
                        Dalam menganalisis novel “Silverfin” tentunya diperlukan pemahaman terhadap karya sastra itu sendiri. Dengan menggunakan beberapa teori atau pendekatan tertentu kita mampu untuk menganalisis suatu karya sastra dengan mencermati dan merasakan secara mendalam unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra tersebut